Selasa, 24 November 2009

PSIH V (Hadist Maudhu)

] PSIH 5: Hadis Maudhu'?
Monday, November 16, 2009 12:48 AM
From:
"syaikhu_pdklapa"
Add sender to Contacts
To:
daarut-tauhiid@yahoogroups.com


Pengantar Studi Ilmu Hadis 5:

Hadis maudhu' maknanya adalah sesuatu yang diciptakan dan dibuat-buat
lalu dinisbatkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara
dusta. Disebut juga hadis palsu.

Ini adalah yang paling buruk dan jelek di antara hadis-hadis dhaif.
Bahkan sebagian ulama mengeluarkannya dari kelompok hadis dhaif, dan
membuatkan kelompok sendiri, hadis maudhu'.

Para ulama sepakat bahwasannya haram hukumnya meriwayatkan hadis dhaif
yang maudhu' bila mengetahui kepalsuannya, kecuali disertai dengan
penjelasan akan ke-maudhu'-annya. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam

"Barangsiapa menceritakan hadis dariku sedangkan dia mengetahui bahwa
itu dusta, maka dia termasuk pendusta" (HR. Muslim, shahih)

Dari Abu Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah shallallahu
`alaihi wa sallam: "Barangsiapa yang berdusta atasku (yakni atas
namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di
neraka." (HR. al-Bukhari dan Muslim, shahih)

Di antara motivasi yang mendorong terjadinya hadis maudhu' adalah

1. Membela mazhab/kelompoknya

2. Mendekatkan diri pada penguasa

3. Cerita dan nasehat
Para tukang cerita ingin menarik perhatian orang awam untuk mengajak
mereka kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran. Padahal salah satu
kaidah fiqh yang terkenal adalah "al-ghoyah la tubarrirul washilah",
tujuan tidak menghalalkan (segala) cara.

Contoh hadis maudhu' adalah, "Barangsiapa yang mengucapkan kalimat laa
ilaaha illa Allah, maka Allah menciptakan dari setiap kata itu seekor
burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan."

Di antara perawi hadis maudhu' adalah Maisarah bin Abdu Rabbih. Ketika
ditanya, "Dari mana Anda dapatkan hadis-hadis ini?" Dia menjawab, "Aku
memalsukannya untuk menggembirakan orang."

Hadis maudhu' bisa saja ikut terbawa dalam kitab-kitab ulama yang
dikenal keshalehannya karena ketidaktahuan mereka, atau mereka belum
sempat memeriksa hadis tersebut ketika mengutipnya.

Wallahu a'lam

[Diringkas dari "Pengantar Studi Ilmu Hadis", Manna Khalil al-Qaththan,
Pustaka al-Kautsar]

------------ ---------

Sssst....
Adapun yang berikut, bukanlah hadis maudhu', melainkan shahih :)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas
Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Tidak ada hari di mana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh
Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan
Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi
sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali
orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak
kembali dengan sesuatu apapun".

Klo pake tanggalan republika, 2 hari lagi (tgl 18 nov) mulai, lho...

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan, "Sepuluh hari
(pertama) Dzul Hijjah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir di
bulan Ramadhan. Dan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan lebih
utama dari sepuluh malam (pertama) bulan Dzul Hijjah." (Majmu Fatawa
Ibnu Taimiyyah)
Muridnya Ibnul Qoyyim rahimahullah juga menyatakan," Ini menunjukkan
bahwa sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan menjadi lebih utama
karena adanya Laitatul Qadr, dan Lailatul Qadr ini merupakan bagian dari
waktu-waktu malamnya, sedangkan sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah
menjadi lebih utama karena hari-harinya (siangnya), karena didalamnya
terdapat yaumun Nahr (hari berkurban), hari `Arafah dan hari
Tarwiyah (hari ke delapan Dzulhijjah). (Zadul Maa'ad)

Ready..... Go! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar