Minggu, 18 Juli 2010

CARA MENGGAPAI CINTA ILLAHI

Sebuah hadits menguraikan sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw.

Lalu muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata,

"Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam."
Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu."

Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku tentang iman."
Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya."

Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan."
Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda.

Dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)."
Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya." Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tanda-tandanya." Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat." Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.

Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku (Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
Suatu kaum yang Allah mencintai mereka. Dan merekapun mencintaiNya.

Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa'ad As-Sa'idy — radliyallahu `anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam dan berkata: "Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia." Maka Rasulullah menjawab: "Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu." (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).

Imam Ahmad berkata, "Zuhud ada tiga macam:

* Pertama, meninggalkan perkara haram, dan ini adalah zuhudnya orang awam.
* Kedua, meninggalkan perkara halal yang tidak berguna, dan ini adalah zuhudnya orang khas / khusus.
* Ketiga, meninggalkan perkara yang menyibukkan seorang hamba sehingga melupakan Allah atau tidak mengingat Allah, dan ini adalah zuhudnya orang-orang arif."

Orang-orang arif adalah orang yang menyibukkan dirinya dengan Allah dan hanya melakukan perbuatan dengan selalu mengingat Allah sehingga mereka adalah muslim yang mencapai tingakatan Ihsan, seolah-olah melihatNya.

Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi'lib Al-Yamani,
"Apakah Anda pernah melihat Tuhan?"
Beliau menjawab, "Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?"
"Bagaimana Anda melihat-Nya?" tanyanya kembali. Imam Ali menjawab,
"Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangannya yang kasat, (dzohir atau "mata kepala")
tetapi bisa dilihat oleh hati dengan hakikat keimanan ...". (dilihat oleh hati atau bashirah, "mata hati")

Kita harus yakin bahwa kita menyembah kepada Tuhan yang kita lihat (dengan mata hati) agar kita tidak tersesat atau salah menyembah.

Sebagaimana firman Allah yang artinya,

"Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS Al Isra 17 : 72)

"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (al Hajj 22 : 46)

"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang berserah diri (kepada Kami)." (QS Ar ruum 30 : 53)

"Maka apakah kamu dapat menjadikan orang yang pekak bisa mendengar atau (dapatkah) kamu memberi petunjuk kepada orang yang buta (hatinya) dan kepada orang yang tetap dalam kesesatan yang nyata?" (QS As Zukhruf 43:4

Jika Allah mencintai kita maka sebagaimana sabda Rasulullah SAW, dalam sebuah hadits qudsi, bahwa Allah SWT, berfirman:

"Apabila Aku (Allah) mencintai seorang hamba, maka pendengarannya adalah pendengaran untuk-Ku, penglihatannya adalah penglihatan-Ku, tangannya (kekuasaannya) adalah kekuasaan-Ku, perjalanan kakinya adalah perjalanan untuk-Ku"

KETIKA JAHANNAM BERTASBIH

Ketika Jahannam Bertasbih

يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ
وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya
(di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa
lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim [14]: 48-52)

Inilah salah
satu ayat yang menggambarkan tentang kedahsyatan hari kiamat sekaligus
menggambarkan kemahakuasaan Allah SWT. Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu katsir,
2/1596) menyebutkan bahwa beberapa saat setelah ayat ini diterima oleh
Rasulullah saw, Aisyah pun mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak
pernah didengarkan oleh Rasulullah saw sebelumnya.

Aisyah
bertanya,
“Wahai, Rasulullah, pada hari itu manusia berada dimana?” Mendengar
pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW pun bersabda, “Engkau telah
mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan sebelumnya
oleh siapapun dari umatku.” Setelah itu, Rasulullah saw kemudian
melanjutkan jawabannya, “Pada hari itu seluruh manusia berada di atas
sebuah jembatan (Jisr) yang di bawahnya terdapat neraka Jahannam,” (HR.
Ahmad). Pada riwayat lain (Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah) Rasulullah
SAW menyebutkannya dengan kata “ash-Shirat” yang berarti jalan—yang
membentang di atas neraka Jahannam.

Pertanyaan itu ternyata juga
merupakan pertanyaan Rasulullah saw saat Jibril menyampaikan ayat
tersebut kepadanya. Imam Al-Qutrhubi (penulis Tafsir Al-Jami’ li Ahkam
al-Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir al-Qurthubi) dalam bukunya
yang berjudul At-Tadzkirah (2/149) menyebutkan, bahwa ketika Jibril
‘Alaihissalam turun ke hadapan Rasulullah SAW
dengan membawa firman Allah SWT “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain…dst”, beliau saw bertanya, “Wahai Jibril,
di mana manusia berada pada saat hari kiamat datang?”

Jibril
menjawab, “Muhammad, (pada hari itu) mereka berada di atas tanah yang
berwarna putih. Gunung beterbangan bagaikan kapas yang ditiup,
gunung-gunung meleleh karena takut terhadap neraka Jahannam. Muhammad,
pada hari kiamat, gelombang api berkobar sangat dahsyat, sedang di
atasnya terdapat 70.000 tali kendali, dan pada setiap tali kendali
terdapat 70.000 malaikat. Pada hari itu neraka jahannam berada dalam
kendali Allah SWT. Lalu Allah SWT berkata kepada neraka jahannam, “Wahai
Jahannam, bicaralah!”

Lalu, atas izin dan kehendak-Nya,
Jahannam pun berkata, “Laa ilaaha Illallaah (tiada Tuhan selain Allah)!
Atas keagungan-Mu, kemuliaan-Mu dan kekuasaan-Mu, pada hari ini, aku
akan belas dendam terhadap mereka yang memakan rezeki-Mu
tetapi mereka menyembah makhluk. Pada hari ini, aku tidak akan balas
dendam kepada siapapun kecuali yang Engkau kehendaki; aku tidak akan
mengizinkan siapapun menyeberang di atasku kecuali jika dia memiliki
kartu atau izin dari-Mu.”

Rasulullah SAW kemudian bertanya
(lagi), “Jibril, apa isi surat izinnya? Kartu seperti apakah pada hari
kiamat nanti?” Jibril menjawab, “Beritahukanlah kabar gembira ini, bahwa
sesungguhnya surat dan kartu izin untuk melewati neraka Jahannam adalah
kalimat Laa ilaaha illallaah. Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan—yang pantas disembah di langit dan di bumi—selain Allah, dialah
yang akan selamat ketika melewati jembatan neraka Jahannam.” Mendengar
penjelasan tersebut, Rasulullah saw pun bersabda sambil memuji,
الًحَمْدُ

لِله الَّذِيْ أًلْهَمَ أًمَّتِيْ قَوْلَ لَا إلهَ إلَّا الله
“Segala
puji bagi Allah yang telah mengilhami umatku
dengan ucapan la ilaha ilallah.”

Sekali waktu Nabi Musa
‘Alaihissalam memohon kepada Allah SWT, “Tuhanku, ajarkanlah padaku
sesuatu yang dengannya aku berdzikir dan berdo’a kepada-Mu.” Allah
berfirman, “Katakanlah, wahai Musa, laa ilaaha ilallaah!” Musa kemudian
berkata, “Tuhanku, seluruh hamba-Mu mengucapkan ini?!” Maka Allah SWT
berfirman, “Hai Musa, sekiranya ketujuh lapis langit beserta
isinya—selain Aku—dan ketujuh lapisan bumi berada di satu daun
timbangan, sedangkan Laa ilaaha illallaah di daun timbangan lainnya,
niscaya Laa ilaaha ilallaah masih lebih berat.” (HR. al-Hakim dan Ibnu
Hibban, shahih).

Itulah salah satu keutamaan Laa ilaaha
illallaah, ia menjadi surat izin atau tiket untuk dapat melintasi
jembatan yang membentang di atas kobaran api neraka Jahannam, menuju
surga Allah SWT yang penuh keselamatan dan kenikmatan.

Semoga
Allah SWT menjadikan kita semua
termasuk orang-orang yang selalu berdzikir dan ringan lisan dalam
mengucapkan Laa ilaaha ilallaah hingga akhir hayat, sehingga kita
terbebas dari panasnya api neraka. Amin, amin…Allahumma Amin.

Bambu

Apus, 15 Juli 2010 M.

M. Yusuf Shandy
----------------------------------
MAJLIS AL KAUNY
Jakarta

Selasa, 13 Juli 2010

PERBUATAN YG TIDAK MENIMBULKAN DOSA

229. Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya[144]. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.

230. kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui.


233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

234. orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka[147] menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.

235. dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu[148] dengan sindiran[149] atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun

240. dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah Berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(AL-BAQARAH 240)

 23. diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS AN-NISA 23)

102. dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat)[344], Maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu[345]], dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu[346

58. Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu[1047]. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu[1048]. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS AN-NUR 58)

60. dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), Tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian[1050] mereka dengan tidak (bermaksud) Menampakkan perhiasan, dan Berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Bijaksana.

61. tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, Makan (bersama-sama mereka) dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan, dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan, dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada halangan bagi kamu Makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.

5. Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu[1199]. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS AL-AHZAB 5)

51 kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yang kamu kehendaki di antara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yang kamu kehendaki. dan siapa-siapa yang kamu ingini untuk 51menggaulinya kembali dari perempuan yang telah kamu cerai, Maka tidak ada dosa bagimu. yang demikian itu adalah lebih dekat untuk ketenangan hati mereka, dan mereka tidak merasa sedih, dan semuanya rela dengan apa yang telah kamu berikan kepada mereka. dan Allah mengetahui apa yang (tersimpan) dalam hatimu. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun[1226].

55. tidak ada dosa atas isteri-isteri Nabi (untuk berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak-anak laki-laki mereka, saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara mereka yang perempuan yang beriman dan hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (hai isteri-isteri Nabi) kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.(QS Al-Ahzab 55)

Senin, 12 Juli 2010

R I B A

R I B A

“Riba” dari segi istilah bahasa sama denga “Ziyadah” artinya tambahan, atau secara tehnisnya pengambilan tambahan dari harta pokok.

Macam-Macam Riba
Riba dapat timbul dari jual beli ataupun hutang piutang
Riba yg timbul dari jual beli.

Riba yg Timbul Dari Hutang Piutang
1.Riba Qord Merupakan riba yg disebabkan kelebihan yg disyaratkan terhadap si terhutang
Misal hutang sejumlah Rp. 1.000,- dengan syarat pembayaran Rp. 1.100,-
Sabda Nabi SAW
“ Tiap-tiap hutang yg mengambil manfaat maka itu termasuk riba.” (HR Harits bin Usamah)
2. Riba Nasi’ah juga sering disebut riba jahiliyyah karena terkenal dimasa jahiliyyah.
Dalam sistim ini si peminjam uang yg ditetapkan dalam jangka waktu tertentu harus membayar imbalan setiap bulannya selama jangka waktu pinjaman tsb, dan jika dalam waktu yg sudah ditentukan sipeminjam belum dapat mengembalikan hutangnya maka tenggang waktu akan ditambah dengan pembayaran imbalan yg baru pula.
” Diriwayatka oleh Usamah bin Zaid ra, Rasulullah Saw bersabda “ tidak ada riba kecuali pada nasi’ah.” (HR Bukhari & Muslim).

Riba Karena Jual Beli
1..Riba Fadhi adalah riba yg terjadi pada jual beli barang yang sejenis tetapi dengan
takaran berbeda. Misal 2 kg kurma dijual dengan 1 kg kurma.
Sabda Nabi SAW“ Emas dengan emas, perak dengan perak, terigu dengan terigu, gandum dengan gandum korma dengan korma, garam dengan garam yg sama timbangannya dan langsung timbang terima, siapa yg menambah atau minta tambahan , maka ia telah berbuat riba, baik yang mengambil ataupun yang memberi hukumnya sama.” (HR Bukhari & Muslim)
2.Riba yang timbul karena jual beli secara tidak kontan. Sabda Nabi SAW“ Ketahuilah sesungguhnya riba ada didalam jual beli yg tidak kontan”(HR Bukhari)

Hukum Riba.
Hukum pengharaman riba oleh Allah Swt dilakukan secara bertahap.

1.Menolak anggapan bahwa riba dapat menambah harta manusia

“ dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(QS AR-Rum 39)

2.Riba merupakan sesuatu yg berbahaya

orang-orang yang Makan (mengambil) riba[ tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yg kemasukan syetan lantaran (tekanan) penyakit gila...” (QS Al Baqarah 275)

Dari Jabir Ra ia berkata “ Rasulullah Saw telah melaknati orang yg memakan riba, orang yang jadi wakilnya, juru tulisnya, orang yg menjadi saksi dan selanjutnya Rasulullah Saw bersabda “Mereka semua sama.” (Hr Muslim)

3.Perintah mennggalkan riba

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(QS Al Baqarah 278-279)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda[228]] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS Ali Imran 130)

4.Pengharaman riba

“..... Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya..” (QS Al Baqarah 275)