اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu
petunjuk, ketakwaan, terhindar dari perbuatan yang tidak baik, dan kecukupan.”
(HR. Muslim)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“ Wahai Dzat yang membolak balik
kalbu, tetapkanlah kalbuku didalam agama-Mu “(HR Ad-Tirmidzi)
Hidayah
secara bahasa berarti petunjuk. Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah
penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih
kemenangan disisi Allah. Muhammad Mustafa al-Maraghi (1881-1945),
mufasir kontemporer dari Mesir, membagi hidayah yang diberikan Allah swt.
- Ada empat macam hidayah yaitu hidayah naluri ( insting). Hidayah panca indra, hidayah akal( fikiran ) dan hidayah dien ( agama )
- 1. Hidayah al-ilham (petunjuk ilham),
- yaitu berupa gharizah (insting, pembawaan asli) merupakan hidayah yang dianugerahkan tidak hanya kepada manusia tetapi juga dianugerahkan kepada binatang dan tumbuhan.
- 2. Hidayah al-Hawasy (petunjuk panca indera)
- yaitu petunjuk yang dianugerahkan pada panca indra kita berupa pendengaran, penglihatan, penciuman, dll. Dengan indera ini manusia dapat membedakan sesuatu yang bermanfaat dan mudharat bagi dirinya. akan tetapi, hidayah dalam bentuk ini belum dapat mengantarkan manusia kepada kebenaran, karena kemampuannya sangat terbatas, misalnya mata melihat benda yang jaraknya jauh lebih kecil dari sebenarnya; lidah orang yang sedang ditimpa sakit merasakan gula itu pahit, dan sebagainya dan biasanya hidayah indra yang dimiliki binatang lebih baik dari pada yang dimiliki oleh manusia. Karena itu, Allah swt. menyempurnakan hidayah ini dengan Hidayah akal
- 3. Hidayah al-‘Aql (petunjuk akal), yaitu berupa kemampuan akal untuk memikirkan, memahami, dan mengetahui suatu objek, yang akan dapat membawanya kepada kebenaran dan keselamatan hidup. Al-Qur’an menganjurkan manusia agar memperhatikan segala sesuatu di sekitarnya serta memikirkan, memahami, dan mengetahui seluk beluknya sebagai ciptaan Allah swt. guna memantapkan keimanannya, seperti terlihat pada QS Ali `Imran 190
- “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”
- Nalar/akal berfungsi dalam batas-batas panca indera dan tidak bisa lepas darinya. Akal jarang sekali mampu menangkap apa yang di luar jangkauan panca indera, bahkan dalam kegiatan lahiriah kadang-kadang dia bertentangan dengan nafsu, dan seringkali nafsu itulah yang menang. Akal dengan jelas menunjukkan bahwa suatu perbuatan tertentu akan menyebabkan luka, akan tetapi nafsu memaksa untuk mengabaikan akal. Di sinilah dibutuhkan hidayah yang keempat, yaitu Hidayah ad-Din yang merupakan karunia Ilahi kepada manusia yang terbesar.
- 4. Hidayah ad-Din (petunjuk agama), yaitu berupa wahyu yang diturunkan Allah swt. kepada Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya atau kepada manusia seluruhnya, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Wahyu tersebut kemudian dibukukan dan disebut kitab suci. Kitab suci terakhiryang diturunkan Allah kepada umatnya ialah al-Qur’an, yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai hidayah untuk segenap manusia.. Hidayah hanya milik Allah swt. semata. Oleh sebab itu, tidak seorang pun yang dapat memberikannya selain Allah swt., baik dalam bentuk hidayah yang umum ataupun hidayah yang khusus. Hal ini diisyaratkan oleh firman Allah swt. Dalam ( QS. al-Qashas : 56)
- “ Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”