Kamis, 04 Juni 2009

Sepuluh Hal yg Mendatangkan Cinta Allah


Saudaraku, sungguh setiap orang pasti ingin mendapatkan kecintaan Allah.
Lalu bagaimanakah cara-cara untuk mendapatkan kecintaan tersebut. Ibnul
Qayyim rahimahullah menyebutkan beberapa hal untuk mendapatkan maksud tadi
dalam kitab beliau Madarijus Salikin.
Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini
bisa dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia
menghafal dan harus mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini
semua dilakukan untuk memahami apa yang dimaksudkan oleh si penulis buku.
[Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al Qur’an, pen]
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang
sunnah, setelah mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang
akan mencapai tingkat yang lebih mulia yaitu menjadi orang yang
mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar menjadi seorang
pecinta.
Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan
hati dan lisan atau dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan
pada Allah akan diperoleh sesuai dengan kadar dzikir kepada-Nya.
Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada
dirinya sendiri ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu
ingin meningkatkan kecintaan kepada-Nya, walaupun harus menempuh berbagai
kesulitan.
Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat
Allah
. Begitu pula hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah
tersebut berulang kali. Barangsiapa mengenal Allah dengan benar melalui
nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai Allah. Oleh karena
itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam
memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah
terputus (karena mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia
berikan kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang
mendorong untuk mencintai-Nya.
Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara
keseluruhan tatkala melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan
makna yang terkandung di dalamnya.
Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia
pada sepertiga malam yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat
kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al Qur’an). Kemudian mengakhirinya
dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama
para shidiqin. Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang
begitu nikmat. Kemudian dia pun tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali
apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa dengan perkataan tersebut
akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat menghalangi antara dirinya dan
Allah Ta’ala.
Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya
dicari setiap hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa kunci untuk mendapatkan itu semua adalah
dengan mempersiapkan jiwa (hati) dan membuka mata hati.
Alhamdulillahilladz i bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallalahu ‘ala
nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Sumber: Madaarijus Saalikin, 3/ 16-17, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, terbitan
Darul Hadits Al Qohiroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar