Minggu, 18 Juli 2010

KETIKA JAHANNAM BERTASBIH

Ketika Jahannam Bertasbih

يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ
وَالسَّمَاوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya
(di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa
lagi Maha Perkasa. (QS. Ibrahim [14]: 48-52)

Inilah salah
satu ayat yang menggambarkan tentang kedahsyatan hari kiamat sekaligus
menggambarkan kemahakuasaan Allah SWT. Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu katsir,
2/1596) menyebutkan bahwa beberapa saat setelah ayat ini diterima oleh
Rasulullah saw, Aisyah pun mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak
pernah didengarkan oleh Rasulullah saw sebelumnya.

Aisyah
bertanya,
“Wahai, Rasulullah, pada hari itu manusia berada dimana?” Mendengar
pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW pun bersabda, “Engkau telah
mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan sebelumnya
oleh siapapun dari umatku.” Setelah itu, Rasulullah saw kemudian
melanjutkan jawabannya, “Pada hari itu seluruh manusia berada di atas
sebuah jembatan (Jisr) yang di bawahnya terdapat neraka Jahannam,” (HR.
Ahmad). Pada riwayat lain (Muslim, Tirmidzi dan Ibn Majah) Rasulullah
SAW menyebutkannya dengan kata “ash-Shirat” yang berarti jalan—yang
membentang di atas neraka Jahannam.

Pertanyaan itu ternyata juga
merupakan pertanyaan Rasulullah saw saat Jibril menyampaikan ayat
tersebut kepadanya. Imam Al-Qutrhubi (penulis Tafsir Al-Jami’ li Ahkam
al-Qur’an atau yang dikenal dengan Tafsir al-Qurthubi) dalam bukunya
yang berjudul At-Tadzkirah (2/149) menyebutkan, bahwa ketika Jibril
‘Alaihissalam turun ke hadapan Rasulullah SAW
dengan membawa firman Allah SWT “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi
diganti dengan bumi yang lain…dst”, beliau saw bertanya, “Wahai Jibril,
di mana manusia berada pada saat hari kiamat datang?”

Jibril
menjawab, “Muhammad, (pada hari itu) mereka berada di atas tanah yang
berwarna putih. Gunung beterbangan bagaikan kapas yang ditiup,
gunung-gunung meleleh karena takut terhadap neraka Jahannam. Muhammad,
pada hari kiamat, gelombang api berkobar sangat dahsyat, sedang di
atasnya terdapat 70.000 tali kendali, dan pada setiap tali kendali
terdapat 70.000 malaikat. Pada hari itu neraka jahannam berada dalam
kendali Allah SWT. Lalu Allah SWT berkata kepada neraka jahannam, “Wahai
Jahannam, bicaralah!”

Lalu, atas izin dan kehendak-Nya,
Jahannam pun berkata, “Laa ilaaha Illallaah (tiada Tuhan selain Allah)!
Atas keagungan-Mu, kemuliaan-Mu dan kekuasaan-Mu, pada hari ini, aku
akan belas dendam terhadap mereka yang memakan rezeki-Mu
tetapi mereka menyembah makhluk. Pada hari ini, aku tidak akan balas
dendam kepada siapapun kecuali yang Engkau kehendaki; aku tidak akan
mengizinkan siapapun menyeberang di atasku kecuali jika dia memiliki
kartu atau izin dari-Mu.”

Rasulullah SAW kemudian bertanya
(lagi), “Jibril, apa isi surat izinnya? Kartu seperti apakah pada hari
kiamat nanti?” Jibril menjawab, “Beritahukanlah kabar gembira ini, bahwa
sesungguhnya surat dan kartu izin untuk melewati neraka Jahannam adalah
kalimat Laa ilaaha illallaah. Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan—yang pantas disembah di langit dan di bumi—selain Allah, dialah
yang akan selamat ketika melewati jembatan neraka Jahannam.” Mendengar
penjelasan tersebut, Rasulullah saw pun bersabda sambil memuji,
الًحَمْدُ

لِله الَّذِيْ أًلْهَمَ أًمَّتِيْ قَوْلَ لَا إلهَ إلَّا الله
“Segala
puji bagi Allah yang telah mengilhami umatku
dengan ucapan la ilaha ilallah.”

Sekali waktu Nabi Musa
‘Alaihissalam memohon kepada Allah SWT, “Tuhanku, ajarkanlah padaku
sesuatu yang dengannya aku berdzikir dan berdo’a kepada-Mu.” Allah
berfirman, “Katakanlah, wahai Musa, laa ilaaha ilallaah!” Musa kemudian
berkata, “Tuhanku, seluruh hamba-Mu mengucapkan ini?!” Maka Allah SWT
berfirman, “Hai Musa, sekiranya ketujuh lapis langit beserta
isinya—selain Aku—dan ketujuh lapisan bumi berada di satu daun
timbangan, sedangkan Laa ilaaha illallaah di daun timbangan lainnya,
niscaya Laa ilaaha ilallaah masih lebih berat.” (HR. al-Hakim dan Ibnu
Hibban, shahih).

Itulah salah satu keutamaan Laa ilaaha
illallaah, ia menjadi surat izin atau tiket untuk dapat melintasi
jembatan yang membentang di atas kobaran api neraka Jahannam, menuju
surga Allah SWT yang penuh keselamatan dan kenikmatan.

Semoga
Allah SWT menjadikan kita semua
termasuk orang-orang yang selalu berdzikir dan ringan lisan dalam
mengucapkan Laa ilaaha ilallaah hingga akhir hayat, sehingga kita
terbebas dari panasnya api neraka. Amin, amin…Allahumma Amin.

Bambu

Apus, 15 Juli 2010 M.

M. Yusuf Shandy
----------------------------------
MAJLIS AL KAUNY
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar