Selasa, 21 Juni 2011

PANTASKAH

Dalam Pengajian Akbar yang saya ikuti pada hari Jum’at tgl 17 Juni yang lalu, yang menampilkan pembicara Ust.Abdul Aziz seorang yang terlahir beragama Hindu dan berasal dari kasta Brahmana ( kasta tertinggi dalam Hindu ), dan menempuh pendidikan dan mencapai gelar sarjana agama Hindu,yang kemudian menjadi muallaf beliau mengatakan: Perayaan-perayaan yang sering dilakukan oleh umat Islam kebanyakan diadopsi dari ajaran Hindu.

Perayaan itu meliputi:

1. Perkawinan.

- Dimulai dengan pemilihan hari/bulan baik

Dalam masyarakat Hindu dan masyarakat-masyarakat kuno lainnya memiliki konsep tentang hari baik untuk bepergian, bercocok tanam, menebang pohon, berburu serta hari baik tentang berbagai aspek kehidupan lainnya. Mereka juga meyakini bahwasanya waktu dan harimencetakanak dan kelahiran sang anak akan berpengaruh pada karakter dan pembawaan anak bersangkutan.

- Perhitungan hari/bulan baik dapat dilihat dalam kitab Veda

praktek Veda ini dalam masyarakat tradisional Jawa dan Bali, maka kita akan menemukanistilah pawukon dan wewaran yang merupakan sistem kalender yang sangat-sangat kompleks dan mendetail. Dalam sistem wewaran dan pawukon ini perhitungan siklus waktu dibagi kedalam hari (ekawara), 2 harian (dwiwara), 3 harian (triwara) sampai pada 10 harian (dasawara).Dengan kombinasi siklus-siklus inilah perhitungan hari baik dan hari buruk untuk suatu kegiatan dan ramalan dilakukan

- Melangkah tujuh langkah kedepan ( sapta pada)

simbolis penerimaan kedua mempelai itu. Upacara ini masih kita jumpai dalam berbagai variasi (estetikanya) sesuai dengan budaya daerahnya, umpamanya menginjak telur, melandasi tali, melempar sirih dan lain-lainnya.

- bergandengan tangan ( Panigraha )

adalah simbol mempertemukan kedua calon mempelai di depan altar yang dibuat untuk tujuan upacara perkawinan. Dalam budaya jawa dilakukan dengan mengunakan kekapa ( sejenis selendang) dengan cara ujung kain masing-masing diletakkan pada masing-masing mempelai dengan diiringi mantra atau stotra.Acara melangkah tujuh langkah kedepan dan bergandengan tangan merupakan syarat pelaksanaan upacara pernikahan yang ada dalam kitab kitab Yajur Veda II. 60 dan Bhagavad Gita XVII. 12-14

- Kembar mayang

adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari godongan (dedaunan) terutama daun kelapa (janur) yang ditancapkan ke sebuah potongan batang pisang. Daun kelapa tersebut dirangkai dalam bentuk gunung, keris, cambuk, paying, belalang, burung. Selain janur dilengkapi pula dengan daun-daun lain seperti daun beringin, puring, dadap srep dan juga dlingo bengle.
Makna dari kembar mayang adalah untuk membuang sial/mbucal sengkolo ( tolak bala) pada pengantinpria.
Menurut Abdul Aziz Kembar Mayang dalam Hindu disebut “Kuade”. ”Kuade merupakan hasil karya dan sebagai simbol pada manusia atas kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang berfungsi sebagai penolak balak dan lambang kemakmuran”.

- Nasi tumpeng

Tumpeng berasal dari bahasa Jawa, yang merupakan sinonim (padanan kata) gunung. Asal muasal tumpeng ini, ada dalam mitologi Hindu, di epos Mahabarata.

"Gunung, dalam kepercayaan Hindu adalah awal kehidupan, karenanya amat dihormati. Dalam Mahabarata dikisahkan tentang Gunung Mandara, yang dibawahnya mengalir amerta atau air kehidupan. Yang meminum air itu akan mendapat mendapat keselamatan," ujar Manu.

Menurut ustz Abdul Azis tumpeng sebagai lsimbol untuk mengantikan ucapan bai’at dalam memeluk agama Hindu, jadi bagi mereka yang susah mengucapkan kata-kata bai’at untuk memeluk agama Hindu cukup dilakukan/ digantikan dengan sebuah tumpeng.

Kehamilan

Telonan, Mitoni dan Tingkepan
Telonan, Mitoni dan Tingkepan yang sering kita jumpai di tengah-tengah masyarkat adalah teradisi masyarakat Hindu. Upacara ini dilakukan dalam rangka memohon keselamatan anak yang ada di dalam rahim (kandungan). Upacara ini biasa disebut Garba Wedana [garba : perut, Wedana : sedang mengandung]. Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan Telonan, Mitoni, Tingkepan [terdapat dalam Kitab Upadesa hal. 46]

Intisari dari sesajinya adalah:
1. Pengambean, yaitu upacara pemanggilan atman (urip).
2. Sambutan, yaitu upacara penyambutan atau peneguhan letak atman (urip) si jabang bayi.
3. Janganan, yaitu upacara suguhan terhadap "Empat Saudara" [sedulur papat] yang menyertai kelahiran sang bayi, yaitu : darah, air, barah, dan ari-ari. [orang Jawa menyebut : kakang kawah adi ari-ari]

3. Acara Kematian.

- Selamatan hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang berbunyi : "Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu.

- Pemakaian paying menutupi kepala mayit

- Kendi berisi air

- Irisan dan rangkaian bunga

- Bobosan jenazah

Ritual diatas ternyata menurut beliau merupakan ritual yang dijalankan dalam agama hindu.

Pertanyaannya

1. Pantaskah seorang muslim melaksanakan ritual yang diperintahkan didalam agama lain bukankah Allah telah berfirman Qs Al Kaafirun 6.” untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

2. Pantaskah kita membaca ayat-ayat Al Qur’an dalam acara-acara tersebut (misal membaca tahlil atau surat Yasiin pada acara 3,7, 100 hari kematian) padahal Firman Allah dalam Al-Quran

dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu sedang kamu mengetahui. ( Al Baqarah 42)

“ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. ( Al Baqarah 208)

3. Dan jika kita masih melakukannya padahal kita telah mengetahui bahwa itu bukanlah tuntunan agama Islam maka kita kan termasuk dalam golongan merugi

“ Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. “(QS: Al-Kahfi 103-104)

4. Dan jika kita tetap melakukannya maka kita adalah termasuk

Allahberfirman

“ dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".

” Dan apabila dikatakan kepada mereka,“Marilah mengikut kepada apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul,“ mereka menjawab,“ Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami,“ Apakah akan mereka ikuti walaupun bapak-bapak merka tidak mengetahui sesuatu dan tidak pula memperoleh petunjuk?“.( Al Maaidah 104)

“Dan apabila dikatakan kepada mereka,“ Ikutilah apa yang diturunkan Allah“, Mereka berkata“ Bahkan kami mengikuti apa-apa yang kami dapati bapak-bapak kami atasnya.“ Apakah mereka mengikutinya meskipun setan menyeru mereka kepada adzab neraka?“( Luqman 21)

Tata cara pernikahan hindu al:

inilah daftar ritual agama yang dilakukan manusia Bali Hindu sesuai dengan tradisi di Bali:

  1. Pegedong-gedongan - dilakukan saat kehamilan berumur 175 hari ( 6 bulan kalender). Upacara pertama sejak tercipta sebagai manusia.
  2. Bayi Lahir - upacara angayu bagia atas kelahiran. Perawatan terhadap ari-ari si bayi.
  3. Kepus Puser - bayi mulai diasuh Hyang Kumara.
  4. Ngelepas Hawon - dilaksanakan pada bayi berumur 12 hari.
  5. Kambuhan - upacara bulan pitung dina (42 hari), perkenalan pertama memasukkan tempat suci pemrajan.
  6. Nelu Bulanin/Nyambutin - upacara tiga bulanan (105 hari), penekanannya agar jiwatma sang bayi benar-benar berada pada raganya.
  7. Otonan (Oton Tuwun) - upacara saat pertama bayi menginjakan kakinya pada Ibu Pertiwi (210 hari).
  8. Tumbuh Gigi - mohon berkah agar gigi si bayi tumbuh dengan baik.
  9. Meketus - si anak sudah tidak lagi diasuh Hyang Kumara (tidak lagi mebanten di pelangkiran Hyang Kumara)
  10. Munggah Daha / raja sewala - upacara menginjak dewasa, saat-saat merasakan getaran asmara.
  11. Potong Gigi/metatah - simbolis pengendalian Sad Ripu.
  12. Mawinten - mohon waranugraha utk mempelajari ilmu pengetahuan.
  13. Upacara Perkawinan - (a) medengen-dengenan (mekala-kalaan), (b) natab.
  14. Upacara Ngaben/Palebon - pengembalian panca mahabuta.
  15. Upacara Nyekah/Malagia - Atma Wedana yang dilanjutkan dengan ngelingihin Betara Hyang di pemrajan.
  16. Upacara Piodalan dan Pecaruan – memohon ketentraman alam

Upacara Perkawinan Adat Bali

Peralatan Mekala-kalaan dan symbol upacara adat perkawinan Bali

1. Sanggah Surya/bambu melekungmerupakan niyasa (simbol) istana Sang Hyang Widhi Wasa,

2. Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)simbol calon pengantin yang diletakkan sebagai alas upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.

3. Tikeh Dadakan (tikar kecil)Tikar yang diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara (hymen) dari wanita.

4. Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria.

5. Benang Putihdibuatkan sepanjang setengah meter,

6. Tegen – tegenanMakna tegen-tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan niskala. Adapun Perangkat tegen-tegenan ini :

  1. Batang tebu berarti hidup pengantin mengandung arti kehidup dijalani secara bertahap seperti hal tebu ruas demi ruas, secara manis.
  2. Cangkul sebagai simbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma berdasarkan Dharma.
  3. Periuk simbol windhu.
  4. Buah kelapa simbol brahman (Sang Hyang Widhi).
  5. Seekor yuyu/kepiting simbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.

7. Suwun-suwunan(sarana jinjingan)Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita yang berisi talas, kunir, beras dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil berkembang menjadi besar.

8. Dagang-daganganmelambangkan

9. Sapu lidi (3 lebih). Simbol Tri Kaya Parisudha.

10. ambuk Kupakan (serabut kelapa). Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu).

11. Tetimpugadalah bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh

Rangkaian tahapan upacara pernikahan adat Bali:

1.Upacara Ngekeb:

Merupakan prosesi luluan, mandi – mandi buat manten wanita

2. Mungkah Lawang (Buka Pintu):

Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali

3. Upacara Mesegehagung:

Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita

4. Madengen–dengen:

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian

yang paling penting adalah adanya proses penyelubungan kain kuning kepada kedua mempelai dan pada saat itulah, mempelai mendapatkan pemercikan air paritta. Pengertian penyelubungan kain kuning ini adalah bahwa sejak saat itu, kedua pribadi yang menikah telah dipersatukan. Oleh karena itu, badan mereka dapat berbeda, namun, hendaknya batin bersatu dan bersepakat untuk mencapai kebahagiaan rumah tangga. Sedangkan pemercikan air paritta melambangkan bahwa seperti air yang dapat membersihkan kekotoran badan maupun barang, maka demikian pula, dengan pengertian Buddha Dhamma yang dimiliki hendaknya dapat membersihkan pikiran kedua mempelai dari pikiran-pikiran negatif terhadap pasangan hidupnya, yang sekaligus juga merupakan teman hidupnya.

Senin, 20 Juni 2011

SKRIPSIKU TEMPO DULU

Kucoba mengedit ulang skripsi yang pernah kubuat dimasa kuliah dulu, dengan maksud mengabadikannya didalam sebuah blog dan berharap siapapun yang ingin membaca dapat membacanya
Klo mo lihat skipsinya download disini ya
Disini

Wassalam