Selasa, 11 Januari 2011

MEMORI SIKECIL


IBUKU WANITA MULIA

Ibu................................
Mereka bilang Engkau wanita soleha
Engkau taat dalam beribadah
Engkau tak pernah meninggalkan sholat
Engkaupun rajin berpuasa juga puasa sunat

Ibu.................
Mereka bilang Engkau baik
Engkau setia, patuh dan taat pada suami
Engkau sayang pada mertua dan saudara
Engkau berlaku baik pada tetangga

Ibu......
Mereka bilang wajahmu mirip denganku
Mereka bilang Engkau teramat memanjakanku
Mereka bilang Engkau teramat sangat menyayangiku
Mereka juga bilang Engkau tak pernah memarahiku
mereka bilang Engkau selalu menuruti kemauanku

Ibu.........
Ku ingat dikala itu
Ku minta dibelikan sesuatu
Kau katakan ibu Teu aya artos
Tapi ku tak mau mengerti, tak mau tau, dan aku menangis

Ibu.....
Ku ingat juga
Saat ku mengajakmu tidur, ku bilang aku mengantuk
Pada saat itu Kau sedang masak persiapan Idul Fitri
Lalu Kau tidurkan aku diatas meja makan didekatmu memasak

Ibu.....
Aku juga tak mungkin lupa
Aku menangis karena Engkau menggendong putra tetangga belakang rumah
Aku menangis karena aku tak mau Engkau menggendongnya.
Akhirnya engkau mengembalikan anak itu ke ibunya

Ibu......
Aku juga masih ingat saat ku pertama masuk sekolah
Ku ingin kau duduk sebangku denganku, menemaniku
Akhirnya dengan seijin guru sekolah Kaupun bisa duduk disampingku
Menemaniku sampai usai pelajaran sekolah
Dan itu berlangsung tuk jangka waktu yang lama

Ibu..
Satu hal juga yang tak pernah kulupakan
Saat itu Ayah seperti biasanya ba'da magrib mengajariku membaca, menulis dan berhitung
Saat itu seperti biasa Kau juga duduk disamping tuk menemaniku
Saat itu aku agak mengantuk, sampai aku sempat terlelap
Ayah dengan suara agak sedikit keras mengatakan " mau tidur atau Belajar".
Aku langsung menangis dan Kau membelaku
Kau katakan "anak mengantuk kok harus dipaksakan belajar"
dan kau langsung menggendongku kekamar untuk ditidurkan

Ibu
Satu hal lagi tak kan kulupa
Saat itu aku dipercaya menjadi salah satu dari anggota kelompok tari
Dalam rangka mengisi acara perpisahan kakak kelasku
Saat itu aku masih duduk dikelas satu sekolah dasar
Engkau membuatkanku baju seragam tari
Baju itu layaknya melambangkan seekor kupu-kupu
Ya... seperti tarian yang akan kami persembahkan " Kupu-kupu yang lucu"
Entah mengapa Kau merasa baju yang Kau buat itu tak sempurna
Ada yang terbalik menurutmu
Padahal aku merasa baju itu sudah sangat indah
Karena memang baju-bajuku dan kakaku semua hasil karyamu
Satu, dua sampai tiga kali Kau memperbaiki baju itu
Tapi tetap kau merasa ada kesalahan
Sampai Kau merasa capek dan menyerah
Kau katakan " nga apa-apa ya De celananya yang sebelah terbalik, ga kelihatan koq "
ga apa-apa Bu kataku, aku sudah sangat bahagia karena baju itu sedah sangat indah dimataku
Ternyata itu adalah baju karya terakhir darimu untukku

Ibu...
Satu hal lagi yang selalu membayangi dalam ingatanku
Saat itu Kau sakit, tak jelas bagiku apa sakit yang Kau derita
Ayah kemudian membawamu kedakter RS langganan kantor
Oleh dokter Kau disuruh menginap di RS, waktu itu bulan suci Ramadhan
Aku, Kakak dan Ayah selalu menjengukmu diwaktu pagi dan malam hari
Aku merasa sepi karena tidur tak kau temani, dan saat bangun Kaupun tak ada
Aku juga merasa kehilangan karena tidak bisa lagi memperoleh ASI darimu
Ya begitulah aku, walau sudah kelas dua SD masih saja mendapat ASI dari Ibuku
Malam itu seperti biasa setelah berbuka dan sholat magrib kami menjengukmu
Menjelang Isya kita semua pamit
Kau bertanya padaku, " Dede sayang Ibu nga?"
Aku tak mampu menjawab, dalam hatiku berkata tentu saja aku sayang Ibu
Ibuku sepertinya dapat membaca apa yang ada dalam hatiku
Ibu kemudian berkata, Kalau Dede sayang Ibu ciumlah Ibu "
Tentu saja aku segera melakukannya karena aku memang menyayanginya
Kucium pipi Ibuku kemudian Ayah membawa kami pulang
Kupikir belum lama kami pulang,
karena saat itu tetangga baru saja pulang sholat tarawih dari masjid
datang utusan dari rumah sakit mengatakan bahwa Ibuku telah tiada
Ibuku telah dipanggil menghadap Sang Penciptanya


AYAHKU PRAJURIT HEBAT

Langkah itu......
Aku sangat mengenal suara langkah kaki itu
langkah kaki dengan memakai sepatu bot
itulah suara langkah kaki Ayahku
akan pergi ataupun pulang dari dinas

pakaian Ayahku berwarna hijau
dengan ikat pinggang berwarna hitam
memakai sepatu bot juga berwarna hitam
Ayahku juga harus memakai topi untuk melengkapi pakaian dinasnya
Topi itu pernah berbentuk seperti pecis untuk sholat
tapi pernah juga ku melihat bentuknya seperti baret
Ayahku juga selalu membawa senjata

Kuingat saat itu
Ayahku pulang dari dinas yang kurasakan amat lama
Ayahku membelikan aku dan kakak sebuat boneka
Setelah beristirahat sebentar Ayahku mengeluarkan senjatanya
Aku dipanggil dan didudukan disampingnya
Ternyata aku diminta menemaninya membersihkan senjata
Senjata itu cukup panjang sehingga membawanya harus memakai tali yang dikalungkan keleher

Rasanya belum terlalu lama Ayah berasa bersama kami
Ayah kembali harus berkemas
kali ini aku kembali duduk disampingnya
menemaninya membersihkan seluruh peralatan kelengkapan pakaianya
Ayah menyemir sepatunya sampai mengkilat
Ayah juga menyemir ikat pinggangnya sampai mengkilat
Ayah juga harus menyemir tanda di topinya ini juga harus sampai mengkilat
tetapi kali ini senjata yang dibawa Ayah tidak sepanjang kemaren



Tangisan Bangun Tidur

Ibu...ibu....ibu.........
Suara itu terdengar cukup keras untuk bacah seusianya
ibu.....ibu
panggilan itu akan terus dan terus dikumandangkannya

Itulah kebiasaannya
kebiasaan bocah kecil yg berusia balita
kebiasaan yg dilakukannya manakala dia terbangun dari tidur dan tak didapati ibunya disisinya

ya.............bangun sayang ibu sedang didapur,
terdengar dari arah dapur suara merdu seorang ibu
memang waktu itu masih pagi sekali
dan sudah menjadi kebiasaan pula ibunya berada disana menjalani aktivitas rutin mempersiapkan kebutuhan keluarga
untuk suami yg akan berangkat kerja juga tuk anggota keluarga yg lain

Ibu...........ibu
kali ini suaranya berbaur dengan isak tangis
ibu.......huck.......huck
ibu.................

Dari belakang rumah kudengar suara seorang ibu
cubit aja kak ( saran seorang tetangga pada ibuku)
mungkin tetangga itu terganggu mendengar suara panggilan yg disertai tangisanku
maklum waktu itu memang masih pagi, dan boleh jadi tidak hanya dia tapi masih banyak tetangga-tetangga lain yg merasa terusik oleh suaraku

Ibuku hanya tersenyum
Ibuku memang ibu yg super menurutku
super kasih sayangnya, super sabarnya dalam menghadapi kerewelan anak-anaknya khususnya aku
tak pernah sekalipun beliau menjatuhkan tangan pada anak-anaknya walau kerewelan itu selalu dan selalu berulang seperti saat ini.

Dengan agak tergesa-gesa ibuku segera menghampiriku
cep.........cep sayang
udah sini bangun, sambil mengangkat dan menggendongku beranjak dari tempat tidurku menuju kearah dapur untuk melanjutkan aktivitasnya.
Tangis dan panggilankupun seketika langsung terhenti karenanya, ibarat penyakit yg langsung sembuh dengan sekejap karena mendapat obat yg tepat dan mujarab

SAATKU SAKIT

ngik........ ngik.............ngik
terdengar tarikan suara nafasku
rasanya teramat susah bagiku tuk mengambil nafas
kuubah posisi baringku kearah miring kiri tetap saja sulit untuk ku bernafas
kini kucoba berbaring terlentang ternyata tambah sulit
kucoba tuk tengkurap dengan posisi seperti bersujud diwaktu sholat
Alhamdulillah sedikit agak membantu dan aku bisa terlelap
hanya sekejap ya hanya sekejap aku terlelap kemudian terjaga lagi
kuubah lagi posisiku dengan bersandar pada tumpukan bantal
namun aku belum bisa kembali tuk tidur
kucoba menyelimuti tubuhku, membukanya lagi
kemudian berpindah dari satu posisi keposisi lain
dari tempat sisi yg satu kesisi yg lain dari tempat tidurku
kucari dan terus kucari tuk mendapatkan posisi dan tempat yg enak
yang memungkinkan aku bisa sedikit lega dalam bernafas
atau bisa membawaku tertidur walau hanya sekejap
malam sungguh teramat sangat panjang kurasa
begitulah selalu yang kurasa jika penyakit asmaku kambuh

ibuku...
ya ibuku kuyakin beliau orang kedua yang turuT merasakan pederitaanku
setiap aku berpindah posisi baringku beliau turut bangun
saat ku terlentang beliau elus-elus dadaku dengan obat gosok
agar dadaku hangat,agar nafasnya lega itu yang beliau katakan
saat ku ubah posisiku menjadi tengkurap beliaupun kembali terbangun
dan kini gilirang punggungku diusap dengan obat gosok
kala kutari selimutku neliaupun turut membantu
begitupun saat kusingkirkan selimut itu sambil berkata panas ya
begitulah ibuku turut tidak bisa tidur karenaku

saat itu kurasaskan matahari belum lagi terbit
biasanya Ayah dan Ibuku sama-sama mempersiapkan diri tuk membawaku ke klinik
kali ini ayah berkata pada ibuku "saya piket"
ibuku buru-buru bangun karena ayahku akan pergi kekantor lebih awal dari biasanya
ya memang begitu keadaannya kalau piket ayah selalu pergi sebelum matahari terbit
setelah ayahku pergi baru kemudian ibuku mempersiapkan kakaku yang akan pergi sekolah
setelah ayah dan kakaku berangkat barulah aku dan ibu pergi ke klinik dengan menggunakan becak

sampai didepan klinik, ayah sudah menunggu kami
ayah langsung menggendongku dan membawa kami keruang tunggu menanti gilirang periksa
ibu tak perlu mendaftar terlebih dahulu karena ayah telah mengurus semuanya
ketika sampai giliran aku masuk dengan didampingi oleh ayah dan ibuku
dokter memeriksaku dengan teliti mataku, mulutku juga dadaku diperiksa semua
tak ada yg menghawatirkan karena ini memang penyakit yg biasa ku derita dan selalu langsung ditanggapi oleh ayah dan ibuku tuk memberi pertolongan
setelah selesai memeriksa dakter memberikan rssep obat untuk segera diambil
kami kemudian keluar dari ruang dokter,aku dan ibu kembali duduk diruang tunggu sambil menunggu ayah yang menuju ruang apotek tuk mengambil obatku
selesai semuanya kami pulang
walau masih dalam waktu piket tapi ayahku menyempatkan diri mengantar kami pulang
sampai dirumah, ayah membaringkanku disebuah peti yg didalamnya berisikan berbagai jenis peluru.
Ayahku punya peti ini karena ayahku seorang tentara
lebih tepatnya lagi seorang arhanud yg menurut ayah beliau bersama teman-temannya sesama arhanud merupakan tentara yg dipersiapkandan selalu berada pada garis terdepan dalam peperangan saat mempertahankan negara ini
kalau sakit memang aku selalu dibaringkan diatas peti ini karena aku tidak suka berada di tempat tidur
dengan berbaring diatas peti ini aku takkehilangan ibuku
aku bisa melihatnya berbenah rumah, memasak dan lain-lainnya
aku juga bisa melihat kakaku sedang bermain
sedangkan kalau dikamar aku hanya sendiri dan itu membuat penyakitku tambah sulit
selesai membaringkanku,ayah mengusap kepalaku dan berkata padaku danibu tuk pergi kekantor karena memang jam dinasnya belum selesai.

Alhamdulillah seperti biasanya jika sudah kedokter dan minum obat sedikit demi sedikit penyakitku mulai hilang, aku bisa bernafas dengan normal kembali
aku bisa tidur dengan nyenyak
aku bisa bermain kembali
horeeeeeeeeeeeeeeeee aku sudah sembuh

HORE AKU MASUK SEKOLAH

bu, aku sekolah ya
rengekku pada ibuku
belum boleh nak adek masih kecil kata ibuku
itu kakak sudah sekolah, kataku menjawab ibu
iya tapi kakak sudah cukup umurnya sedang adek belum

aku tak putus asa
kali ini aku merengek pada ayahku
yah adek mau sekolah seperti kakak
kakak sudah naik kelas dua masa adek belum boleh sekolah kataku
kali ini aya menyuruhku untuk mencoba gerakan yang biasa diujikan untuk memulai masuk sekolah
coba sekarang adek pegang kuping kiri dengan tangan kanan begini kata ayah ( sambil memberi contoh padaku), jika sampai maka adek sudah bisa masuk sekolah tapi kalau tidak itu berarti belum bisa masuk sekolah.
aku mencoba gerakan yang dicontohkan oleh ayahku dan memang ternyata aku belum bisa memegang kupingku yang berarti aku belum bisa masuk sekolah.

aku tetap merengek
hampir setiap hari aku katakan aku mau sekolah seperti kakak
aku ingin bersekolah dan tetap ingin bersekolah
akhirnya ayah mengatakan, baiklah nanti ayah daftarkan adek masuk sekolah
berdoalah semoga kepala sekolah mau menerima adek menjadi muritnya

tibalah hari yang dijanjikan
ayah dan ibu membawa aku kesekolah dimana tempat kakak juga bersekolah
ayah dan ibu menghadap kepala sekolah untuk mendaftarkan aku
melihat berkas kelengkapan pendaftaran kepala sekolah mengatakan aku belum cukup usia tuk masuk sekolah
tetapi ayah mencoba meyakinkan kepala sekolah
bahwa diriku ingin bersekolah bukan atas kemauan ayah dan ibu
bahwa akulah yang memaksa ayah dan ibu untuk dimasukkan sekolah
akhirnya kepala sekolah mau menerimaku
menjadi murid walau hanya murid percobaan

horeeeeeeeeeeeeee aku bisa sekolah
aku sekolah
aku tak peduli walau hanya murid percobaan
yang penting aku bisa sekolah